BukuAnand Krishna berikutnya adalah Narada Bhakti Sutra:
Menggapai Cinta Tak bersyarat dan Tak Terbatas
Narada adalah seorang Rishi, seseorang yang telah
“melihat” Kebenaran. Seseorang yang telah “bertatap muka” dengan apa yang kita
sebut Tuhan. Dia adalah seorang pujangga, seorang scholar – sekaligus seorang
pencinta. Dan kombinasi ini sungguh unik.
Dalam sejarah peradaban manusia, hanya ada beberapa
Narada yang kita temui. Jalaluddin Rumi bisa disebut sebagai seorang Narada,
demikian juga dengan Rabindranath Tagore. Khalil Gibran? Mungkin – karena dia
seorang pujangga, seorang scholar, sekaligus seorang pencinta. Dia sudah
mendengar tentang Kebenaran, tetapi belum bertatap muka dengan-NYA. Belum
terjamah oleh-NYA.
Narada Bhakti Sutra adalah hasil galian Sang Rishi.
Kesimpulan Narada sungguh sederhana. Love means fulfillment. Terisi oleh
cinta, jiwa tidak akan menuntut sesuatu lagi. Bila sudah menemukan cinta, anda
tidak akan mencari sesuatu lagi. Pencarian kita membuktikan bahwa kita belum
menemukan cinta. Belum terjamah oleh Kasih.
“Berhentilah mencari sesuatu di luar diri. Kasih ada
dalam dirimu. Sadarilah Keberadaan-NYA, kembangkan kesadaran itu. Tingkatkan
kesadaranmu hingga suatu ketika yang kau sadari hanyalah Kasih. Yang kau
rasakan adalah Kasih. Yang kau lihat hanyalah Kasih”
Bagaimana caranya? Bagaimana menyadari Kasih di dalam
diri?
“Bila sulit menyadariNYA di dalam diri, anggaplah Dia
berada di luar diri.”
Demikanlah Kasih mulai dikonsepkan. Demikianlah lahir
konsep awal tentang Tuhan dan ketuhanan. Konsep tentang Tuhan lahir dari ketidaksadaran
manusia. Karena belum bisa menyadari Kasih di dalam diri, dia melahirkan konsep
tenang “dikasihi”.
Mencintai diri terasa sulit, mencintai sesuatu di luar
diri lebih mudah.
Menganggap Tuhan di luar diri ibarat becermin diri, dan
cermin bisa menjadi alat bantu. Lewat bayangan diri yang terlihat, mata bisa
menyadari keberadaan diri.konsep-konsep kita tentang Tuhan, sifat-sifat
ketuhanan yang kita konsepkan bisa menjadi alat bantu asal kita tidak berhenti
pada tahapan itu.
Apa yang terbayang harus disadari sebagai bayangan
diri. Bayangan mata tidak akan terlihat, bila kita tidak memiliki mata. Cermin
hanya memperlihatkan apa yang sudah kita miliki.
Buku
ini merupakan terjemahan Narada Bhakti Sutra versi Swami Tyagisananda dari Ordo
Ramakrishna yang diselesaikan pada tahun 1940 dan dianggap oleh Anand Krishna
sebagai terjemahan yang paling 'pas' - sebab dihasilkan oleh seorang praktisi
spiritual yang tak sekedar berteori tapi juga mendalami.
Beruntung
pengulas yang juga menerjemahkan versi Indonesia karya ini -datang dari tradisi
yang kental dengan spiritualitas dunia timur, bahkan mengerti bahasa asli dari
kitab berusia ribuan tahun ini, sehingga pembaca sedikit
"dimanjakan". Namun, yang juga amat penting dari buku ini, adalah ide
yang hendak disampaikan pada pembaca bahwa dari sudut pandang manapun, Cinta
adalah universal. Bahwa Cinta tak hanya dimonopoli oleh "budayaku",
"agamaku", "peradabanku". Semua bisa
"menyanyikannya". Kiranya karya-karya semacam ini semakin memperkaya
bangsa Indonesia dari perangkap fanatisme buta. Sehingga mampu bangkit dari
keterpurukan multidimensional saat ini dan bersiap menjadi bangsa yang besar.
Siapkah Anda Menggapai Cinta Tak Bersyarat dan Tak
Terbatas lewat buku Narada Bhakti Sutra ini?
Spesifikasi buku:
Penulis
:
Anand Krishna
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Halaman :
346
Ukuran : 11 x
18 cm
Harga : Rp 65.000,-
Pemesanan buku
Narada Bhakti Sutra – Menggapai Cinta Tak Bersyarat dan Tak Terbatas karya Anand Krishna silahkan telepon / SMS
ke 0819 1445 1770.
Bukunya msh ada?
BalasHapus