Jumat, 03 Oktober 2014

Narada Bhakti Sutra: Menggapai Cinta Tak bersyarat dan Tak Terbatas

BukuAnand Krishna berikutnya adalah Narada Bhakti Sutra: Menggapai Cinta Tak bersyarat dan Tak Terbatas

Narada adalah seorang Rishi, seseorang yang telah “melihat” Kebenaran. Seseorang yang telah “bertatap muka” dengan apa yang kita sebut Tuhan. Dia adalah seorang pujangga, seorang scholar – sekaligus seorang pencinta. Dan kombinasi ini sungguh unik.

Dalam sejarah peradaban manusia, hanya ada beberapa Narada yang kita temui. Jalaluddin Rumi bisa disebut sebagai seorang Narada, demikian juga dengan Rabindranath Tagore. Khalil Gibran? Mungkin – karena dia seorang pujangga, seorang scholar, sekaligus seorang pencinta. Dia sudah mendengar tentang Kebenaran, tetapi belum bertatap muka dengan-NYA. Belum terjamah oleh-NYA.

Narada Bhakti Sutra adalah hasil galian Sang Rishi.

Kesimpulan Narada sungguh sederhana. Love means fulfillment. Terisi oleh cinta, jiwa tidak akan menuntut sesuatu lagi. Bila sudah menemukan cinta, anda tidak akan mencari sesuatu lagi. Pencarian kita membuktikan bahwa kita belum menemukan cinta. Belum terjamah oleh Kasih.

“Berhentilah mencari sesuatu di luar diri. Kasih ada dalam dirimu. Sadarilah Keberadaan-NYA, kembangkan kesadaran itu. Tingkatkan kesadaranmu hingga suatu ketika yang kau sadari hanyalah Kasih. Yang kau rasakan adalah Kasih. Yang kau lihat hanyalah Kasih”

Bagaimana caranya? Bagaimana menyadari Kasih di dalam diri?

“Bila sulit menyadariNYA di dalam diri, anggaplah Dia berada di luar diri.”
Demikanlah Kasih mulai dikonsepkan. Demikianlah lahir konsep awal tentang Tuhan dan ketuhanan. Konsep tentang Tuhan lahir dari ketidaksadaran manusia. Karena belum bisa menyadari Kasih di dalam diri, dia melahirkan konsep tenang “dikasihi”.

Mencintai diri terasa sulit, mencintai sesuatu di luar diri lebih mudah. 

Menganggap Tuhan di luar diri ibarat becermin diri, dan cermin bisa menjadi alat bantu. Lewat bayangan diri yang terlihat, mata bisa menyadari keberadaan diri.konsep-konsep kita tentang Tuhan, sifat-sifat ketuhanan yang kita konsepkan bisa menjadi alat bantu asal kita tidak berhenti pada tahapan itu.

Apa yang terbayang harus disadari sebagai bayangan diri. Bayangan mata tidak akan terlihat, bila kita tidak memiliki mata. Cermin hanya memperlihatkan apa yang sudah kita miliki.

Buku ini merupakan terjemahan Narada Bhakti Sutra versi Swami Tyagisananda dari Ordo Ramakrishna yang diselesaikan pada tahun 1940 dan dianggap oleh Anand Krishna sebagai terjemahan yang paling 'pas' - sebab dihasilkan oleh seorang praktisi spiritual yang tak sekedar berteori tapi juga mendalami.

Beruntung pengulas yang juga menerjemahkan versi Indonesia karya ini -datang dari tradisi yang kental dengan spiritualitas dunia timur, bahkan mengerti bahasa asli dari kitab berusia ribuan tahun ini, sehingga pembaca sedikit "dimanjakan". Namun, yang juga amat penting dari buku ini, adalah ide yang hendak disampaikan pada pembaca bahwa dari sudut pandang manapun, Cinta adalah universal. Bahwa Cinta tak hanya dimonopoli oleh "budayaku", "agamaku", "peradabanku". Semua bisa "menyanyikannya". Kiranya karya-karya semacam ini semakin memperkaya bangsa Indonesia dari perangkap fanatisme buta. Sehingga mampu bangkit dari keterpurukan multidimensional saat ini dan bersiap menjadi bangsa yang besar.

Siapkah Anda Menggapai Cinta Tak Bersyarat dan Tak Terbatas lewat buku Narada Bhakti Sutra ini?

Spesifikasi buku:
Penulis               : Anand Krishna
Penerbit             : Gramedia Pustaka Utama  
Halaman            : 346
Ukuran              : 11 x 18 cm
Harga                : Rp 65.000,-

Pemesanan  buku Narada Bhakti Sutra – Menggapai Cinta Tak Bersyarat dan Tak Terbatas karya  Anand Krishna silahkan telepon / SMS ke 0819 1445 1770.





1 komentar:

Terimakasih telah mengunjungi blog ini.
Silakan tinggalkan komentar...